Definisi Karomah
Karomah secara etimologi berasal
dari kata berbahasa Arab "karoma" yang artinya
hormat/menghormati/penghormatan/pemuliaan. Karomah dalam terminologi ulama ilmu
tauhid adalah hal/perkara atau suatu kejadian yang luar biasa di luar nalar dan
kemampuan manusia awam yang dianugerahkan allah kepada wali allah
Munculnya karomah pada diri seorang wali Alloh adalah
sebagai penghormatan/pemuliaan terhadap dirinya dan sebagai isyarat dari Alloh
bagi terkabulnya/diterimanya eksistensi diri seorang wali tersebut di sisi
Alloh.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Dan termasuk dari
prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah ialah meyakini adanya karomah para wali dan
berbagai keluarbiasaan yang Allah izinkan terjadi melalui tangan-tangan mereka
baik yang berkaitan dengan ilmu, mukasyafat (mengetahui hal-hal yang
tersembunyi), maupun bermacam-macam keluarbiasaan (kemampuan) atau
pengaruh-pengaruh.” (Syarh Al
Aqidah Al Wasithiyah, hal.207).
Karomah ini tetap ada sampai akhir zaman dan lebih
banyak terjadi pada umat ini daripada umat-umat sebelumnya, yang demikian itu
menunjukkan keridhaan Allah terhadap hamba-Nya dan sebagai pertolongan baginya
dalam urusan dunianya atau agamanya. Namun bukan berarti Allah benci terhadap
orang-orang yang tidak nampak karomah padanya.
Perkara “Karomah” ini telah tsabit (ditetapkan,
dikokohkan) secara nash baik di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, bahkan juga
secara kenyataan.
Kepada Siapakah Karomah ini Diberikan?
Karomah ini Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang
benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang disebut dengan wali Allah .
Allah berfirman ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-Nya (artinya):
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak
ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu
orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Dalam ayat ini Allah mengkhabarkan tentang keadaan
wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, yaitu: “Orang-orang yang beriman kepada
Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta
beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.”
Apakah wali
Allah itu memiliki atribut-atribut tertentu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan
bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membedakan antara mereka
dengan manusia lainnya dari perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah seperti:
pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun ada yang sebagai ahli Al
Qur’an, ahli ilmu agama, ahli berperang, pedagang, pengrajin atau para petani. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/194)
Apakah wali Allah itu harus memiliki karomah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan
bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karomah. Bahkan, wali Allah yang
tidak memiliki karomah terkadang lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh
karena itu, karomah yang terjadi di kalangan para tabi’in lebih banyak daripada
yang terjadi di kalangan para sahabat, padahal para sahabat lebih tinggi
derajatnya daripada para tabi’in. (Disarikan dari
Majmu’ Fatawa 11/283)
Apakah setiap yang diluar kebiasaan dinamakan
‘Karomah’?
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid
rahimahullah memberikan suatu kesimpulan bahwa sesuatu yang diluar kebiasaan
ada tiga macam:
1. Mu’jizat yang terjadi pada para rasul dan nabi
2. Karomah yang terjadi pada para wali Allah
3.Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan (Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).
Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karomah atau
tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan
ketakwaan pada masing-masing orang yang terjadi padanya keluarbiasaan (wali)
tersebut. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat
seseorang berjalan diatas air atau terbang di udara maka janganlah
mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia
dalam mengikuti (tuntunan) Rasulullah .”(A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)
Beberapa Contoh Karomah
1. Allah berfirman (artinya):
“Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di
mihrob, ia dapati makanan di sisinya, Zakaria berkata: “Hai Maryam, dari mana
kamu memperoleh makanan ini?”. Maryam menjawab:” Makanan itu dari sisi Allah,
sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali ‘Imran: 37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “Ayat ini
merupakan dalil akan adanya karomah para wali yang diluar kebiasaan manusia,
sebagaimana yang telah mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini.
Tidak seperti orang-orang yang mengingkari adanya karomah ini.” (Taisirul Karimur Rahman, hal: 129)
2. Apa yang terjadi pada “Ashhabul Kahfi” (penghuni
gua). Suatu kisah agung yang terdapat dalam surat Al Kahfi. Allah berfirman
(artinya):
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan pada mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 13).
Mereka ini (Ashabul Kahfi) sebelumnya hidup di
tengah-tengah masyarakat yang kafir (dengan pemerintahan yang kafir) lalu
mereka lari dari masyarakat itu. Dalam rangka menyelamatkan agama mereka,
kemudian Allah melindungi mereka di dalam Al Kahfi (gua yang luas yang berada
di gunung).
Tatkala Allah telah selamatkan mereka di dalam gua
tersebut, lalu Allah tidurkan mereka dalam waktu yang sangat panjang,
disebutkan dalam ayat (artinya):
“Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al Kahfi:25).
3. Diantara karomah para wali yang disebutkan dalam
Al Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qornain yaitu seorang raja yang
shalih yang Allah nyatakan (artinya):
“Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya
di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala
sesuatu.” (Al Kahfi :84)
4. Diantara karomah para wali juga apa yang terjadi
pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika
itu nabi Musa mengatakan: “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia
tidak membunuh orang lain?”(Al Kahfi:74), yang kemudian Khidhir menjawabnya:
“Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami
khawatir bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al Kahfi:80)
5. Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir
tentang berita salafus shalih dari para sahabat , tabi’in, tabiut tabi’in dan
generasi setelah mereka tentang perkara karomah yang terjadi pada diri mereka.
Perbedaan Antara Karomah Dan Perbuatan Syaithan
Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan juga bukan
karomah, dia adalah “Al Ahwal As Syaithaniyyah” (perbuatan syaithan). Inilah
yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia karomah, padahal
justru tidak ada kaitannya dengan karomah, karena:
- Karomah datangnya dari Allah sedangkan ia jelas
datangnya dari syaithan. Sebagaimana yang terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab
dan Al Aswad Al Ansyi (dua orang pendusta di zaman Rasulullah r yang mengaku
sebagai nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang ghaib, ini jelas merupakan
perbuatan syaithan.
- Demikian pula karomah para wali Allah disebabkan
kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah . Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah mengatakan: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun
menjadi wali Allah .” Sedangkan perbuatan syaithan ini dikarenakan kufurnya
mereka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan
kepada Allah , dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.
- Karomah merupakan suatu pemberian dari Allah kepada
hamba-Nya yang shalih dengan atau tanpa melakukan pendahuluan
tertentu seperti bacaan-bacaan atau dzikir-dzikir khusus, berbeda dengan
perbuatan syaithan, maka ini terjadi MUTLAK dengan susah payah setelah
sebelumnya ia berbuat syirik atau maksiat kepada Allah .
Maksudnya dengan pendahuluan adalah dengan mendekat kepada allah
menurut kemampuan dan keimanan sesuai sunnah baik itu melaui dzikir yang sunnah
maupun nperbuatan sunnah, jadi Bodoh kalau ada orang yang mengatakan tanpa
melalui pendahuluan, keimanan dan kebersihan hati adalah pendahuluan. Kita jangan
ikut perkatan yang bisa ditafsirkan menjadi kafir.
Maksudnya TANPA melakukan pendahuluan adalah dengan mekukan
puasa sebulan maka akan mendapat Karomah itu yang salah.
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan dengan
sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithan yang dapat dibatalkan dengan
menyebut nama-nama Allah atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari
ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang
terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu
dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati.
- Karomah tidaklah menjadikan seseorang sombong dan
merasa bangga diri, justru dengan adanya karomah ini menjadikannya semakin
bertaqwa kepada Allah dan semakin mensyukuri nikmat Allah . Adapun perbuatan
syaithan bisa menjadikan seseorang bangga diri atau sombong dengan kemampuan
yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah , sehingga dari sini jelaslah bagi
kita akan hakekat karomah dan perbuatan syaithan.
Syubhat dan Bantahannya
Disana ada beberapa kelompok yang mengingkari adanya
karomah, yaitu: Jahmiyah, Mu’tazilah’ dan sebagian dari Asy’ariyah. Mereka
berdalil dengan syubhat-syubhat yang dilandasi dengan akal mereka yang rendah.
Mereka mengatakan: “Bahwa terjadinya karomah itu hanya merupakan perkara yang
akan menjadikan kesamaran antara nabi dengan para wali dan antara wali dengan
Dajjal.”
Bantahan syubhat ini (secara ringkas) adalah:
Pertama: kita yakin dengan
keyakinan yang mantap bahwa karomah itu benar-benar ada, berdasarkan dalil baik
dari Al Qur’an maupun As Sunnah dan kenyataan yang ada (sebagaimana yang telah
disebutkan diatas).
Kedua: ucapan mereka bahwa
karomah dapat menjadikan kesamaran antara wali dengan seorang Nabi, justru
tidaklah demikian, karena wali sama sekali tidak berkaitan dengan kenabian, dan
apa yang terjadi dari karomah itu dikarenakan kuatnya keimanan dan ketakwaan
dia kepada Allah dan disebabkan waro’nya.
Sedangkan kesamaran yang dikhawatirkan antara wali
Allah dengan Dajjal (wali syaithan), maka sungguh dapat dilihat dari kehidupan
seseorang yang terjadi padanya keluarbiasaan itu. Kemudian dilihat dari
keadaannya apakah dia seorang yang shalih atau seorang yang fasiq. Demikianlah
timbangan yang benar didalam menghukumi seseorang yang terjadi padanya
perkara-perkara yang diluar kebiasaan manusia.
Macam-Macam Manusia Dalam Mensikapi Masalah Karomah
Pertama: Orang-orang yang
mengingkari adanya karomah yaitu dari kelompok ahli bid’ah seperti
Mereka ada yang Mu’tazilah, Jahmiyyah, dan sebagian dari
Asy’ariyah tapi tidak dicantumkan pendapat tokoh-tokoh terkenanya (mereka hanya
memfitnahnya kalau menurut kami wallahu a`lam biar allah sendiri yang
mengetahuinya)
Kedua: Orang-orang yang
bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam menetapkan karomah yaitu dari kalangan
orang-orang “Sufi” dan para “Penyembah kubur”, yang menganggap segala
keluarbiasaan itu sebagai karomah, tanpa memperhatikan keadaan pelakunya atau
pemiliknya.
Ketiga: Orang-orang yang
mengimani serta membenarkan adanya karomah dan mereka tetapkan karomah tersebut
sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah.
Mereka adalah orang-orang SHIDIQIIN ( yaitu orang yang
benar-benar imannya)
وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
اْلعٰلَمِيْنَ